ILMU
TEKNOLOGI PANGAN
BAHAN
TAMBAHAN MAKANAN
NATRIUM
METABISULFIT
Dosen
Pengampu : Fitriyono Ayustaningwarno, S.TP, M.Si
disusun
oleh :
Naning
Septiyani Rahayu 22030111120012
PROGRAM
STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS
DIPONEGORO
2012
DAFTAR
ISI
Halaman judul
....................................................................................................
i
Daftar Isi
............................................................................................................
ii
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang .............................................................................................
1
1.2 Rumusan
Masalah .................................................................................
......2
1.3 Tujuan
...................................................................................................
.......2
1.4 Manfaat
.................................................................................................
.......2
BAB
II Pembahasan
2.1 Deskripsi
bahan pengawet Natrium metabisulfit............................................3
2.2
Penggunaan Natrium metabisulfit dalam bahan pangan .............................. 5
2.3 Risiko penggunaan natrium metabisulfit
terhadap kesehatan konsumen......10
2.4
Regulasi penggunaan natrium metabisulfit dalam bahan pangan .................11
BAB
III Penutup
3.1
Kesimpulan....................................................................................................14
3.2
Saran.......................................................................................................
.....14
Daftar
Pustaka ..............................................................................................
.....15
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karuniaNya saya mampu menyelesaikan Tugas Ilmu Teknologi Pangan mengenai “Natrium Metabisulfit” tepat pada waktunya.
Pada Makalah ini membahas tentang deskripsi, penggunaan, risiko terhadap kesehatan dan regulasi terhadap bahan tambahan makanan Natrium Metabisulfit. Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, apabila ada kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat saya harapkan.
Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat.
Amin.
Semarang, Juni 2012
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beberapa variasi produk makanan tradisional
maupun modern yang beredar dipasaran begitu banyak digemari oleh masyarakat,
baik itu produk makanan yang mempunyai umur simpan rendah maupun yang mempunyai
umur simpan tinggi. Variasi produk makanan dapat dilakukan melalui beberapa
proses pengolahan, dimana untuk proses pengolahan produk makanan tradisional yang
masih mengolah secara alami mempunyai
kelemahan dalam hal umur simpan atau daya tahan produk makanan dimana hanya
mampu bertahan dalam jangka waktu yang tidak lama karena tidak adanya bahan
yang ditambahkan untuk mencegah pertumbuhan mikroba yang dapat terjadi ketika
proses pengolahan maupun distribusi berlangsung.
Dengan adanya
hambatan terhadap cepatnya pertumbuhan mikroba pada bahan pangan, menyebabkan
para produsen makanan harus bisa memperkirakan berapa banyak yang harus
diproduksi agar bisa habis dalam jangka waktu yang pendek. Namun hal tersebut
tidak efisien karena permintaan dari konsumen yang berasal dari daerah yang
jauh dari tempat produksi tidak mungkin akan sampai pada konsumen tersebut dalam
keadaan masih segar dan masih layak untuk dikonsumsi. Sehingga salah satu cara
yang digunakan untuk tetap mempertahankan mutu, kualitas dan umur simpan dari bahan
pangan yang akan didistribusikan pada konsumen adalah dengan memberikan bahan
tambahan pada makanan berupa bahan pengawet, dengan adanya bahan pengawet dalam
suatu produk pangan maka produk pangan dapat bertahan sampai kurang lebih satu
tahun dan dapat disimpan apabila tidak dikonsumsi pada waktu yang sama. Untuk
mempermudah para produsen bahan tambahan makanan telah diperbolehkan oleh
Menteri Kesehatan RI, namun tidak semua bahan pengawet dapat dipergunakan.
Selain itu, besarnya pemberian bahan pengawet pada produk makanan disesuaikan
dengan peraturan dari Menteri Kesehatan RI.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah deskripsi dari bahan pengawet natrium
metabisulfit?
1.2.2 Bagaimana penggunaan dari natrium
metabisulfit pada makanan?
1.2.3 Bagaimana risiko kesehatan yang mungkin
ditimbulkan akibat penambahan natrium
metabisulfit pada makanan?
1.2.4 Bagimana regulasi penggunaan natrium
metabisulfit sebagai bahan pengawet pada makanan?
1.3 Tujuan
1.3.1
Untuk mengetahui deskripsi dari bahan pengawet natrium metabisulfit.
1.3.2 Untuk
mengetahui penggunaan dari natrium metabisulfit pada makanan.
1.3.3 Untuk
mengetahui risiko kesehatan yang mungkin ditimbulkan akibat penambahan natrium metabisulfit pada
makanan.
1.3.4 Untuk
mengetahui regulasi penggunaan natrium metabisulfit sebagai bahan pengawet pada
makanan.
1.4 Manfaat
1.4.1 Dapat
mengetahui deskripsi dari bahan pengawet natrium metabisulfit.
1.4.2 Dapat
mengetahui penggunaan dari natrium metabisulfit pada makanan.
1.4.3 Dapat
mengetahui risiko kesehatan yang mungkin ditimbulkan akibat penambahan natrium metabisulfit pada
makanan.
1.4.4 Dapat
mengetahui regulasi penggunaan natrium metabisulfit sebagai bahan pengawet pada
makanan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Deskripsi bahan pengawet Natrium metabisulfit
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan tambahan makanan,
dimana Bahan tambahan makanan yang berupa bahan pengawet (BTP Pengawet)
merupakan bahan tambahan makanan yang dapat mencegah, menghambat fermentasi,
pengasaman maupun penguraian dan juga kerusakan pangan lainnya yang diakibatkan
oleh aktifitas mikroorganisme.1
Proses pengawetan merupakan upaya untuk
menghambat kerusakan pangan dari kerusakan yang disebabkan oleh mikroba pembusuk
yang memproduksi racun atau toksik yang bisa membahayakan konsumen. Bahan
pengawet Natrium Metabisulfit merupakan salah satu jenis bahan pengawet yang
diperbolehkan untuk ditambahkan ke dalam makanan sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988. Kondisi lingkungan Indonesia
yang beriklim tropis dan kelembaban udara yang tinggi memungkinkan pertumbuhan
mikroba perusak makanan, sehingga diijinkan menggunakan bahan pengawet untuk
penambahan ke dalam makanan.1
Natrium
metabisulfit atau natrium pyrosulfit (Sodium metabisulfit) merupakan senyawa
anorganik yang mempunyai rumus kimia Na2S2O5
dan digunakan sebagai bahan pengawet. Natrium metabisufit juga disebut sebagai
dinatrium atau metabisulfit.2 Senyawa ini memiliki penampakan kristal atau
bubuk dan memiliki berat molekul 190,12. 3
Gambar. Struktur kimia
natrium metabisulfit
Natrium
Metabisulfit didapatkan dengan menguapkan larutan Natrium Metabisulfit jenuh
dengan belerang dioksida 2:
2HSO 3 - ⇌ H 2 O + S 2 O 52 –
Struktur
kimia dari Natrium Metabisulfit terdiri dari Anion, anion merupakan hibrida
dari ditionat (S 2 O 4 2 -) dan (S 2
O 6 2 ). Anion tersebut terdiri dari kelompok Sulfur
dioksida (SO2) yang dihubungkan ke grup SO3. Panjang
ikatan SS yaitu 2,22 Å dan “thionate”, “thionite” SO jarak yaitu 1,46 dan 1,5 Å.
Sifat
kimia dari Natrium Metabisulfit adalah sebagai berikut :
Apabila Natrium Metabisulfit direaksikan dengan air, natrium
metabisulfit akan melepaskan sulfur dioksida (SO2). Gas tersebut mempunyai
bau yang merangsang. Selain itu, Natrium
metabisulfit akan melepaskan sulfur dioksida ketika kontak dengan asam kuat,
reaksi kimianya yaitu sebagai berikut:
Na 2 S 2 O 5 + 2 HCl → 2 NaCl + H
2 O + 2 SO 2
Ketika natrium metabisulfit dipanaskan, natrium metabisulfit akan
melepaskan sulfur dioksida, dan meninggalkan oksida natrium, reaksinya yaitu sebagai
berikut:
Na 2 S 2 O 5 → Na 2 O
+ 2 SO 2
Natrium metabisulfit mempunyai sifat kimia diantaranya adalah 2:
1. Penampilan dari natrium metabisulfit berupa bubuk putih.
2. Bau yang timbul dari saat natrium metabisulfit bereaksi adalah bau
samar yang berasal dari SO2.
3. Kepadatan natrium metabisulfit sekitar 1,48 g/cm3.
Padatan natrium metabisulfit yang dilarutkan sebanyak 20 % akan tampak berwarna
kuning pucat sampai jernih.
4. Titik lebur natrium metabisulfit yaitu > 170oC
(dimulai dari 1500C)
5. Kelarutan natrium metabisulfit dalam air yaitu 54 g/100 ml (20oC)dan
81,7 g/100ml (1000C)
6. Natrium metabisulfit sangat larut dalam gliserol dan larut dalam
etanol.
Natrium metabisulfit disimpan di tempat sejuk, dalam wadah tertutup
dan di area yang mempunyai ventilasi baik, karena natrium metabisulfit termasuk
senyawa yang sensitif terhadap kelembaban tinggi.
Gambar. Bubuk natrium
metabisulfit
2.2 Penggunaan Natrium Metabisulfit dalam bahan pangan
Natrium Metabisulfit dipergunakan sebagai bahan pengawet dan
antioksidan dalam makanan. Natrium metabisulfit dikenal dengan istilah E223. 2
Bentuk efektifnya sebagai
pengawet adalah asam sulfit yang tidak terdisosiasi dan biasanya terbentuk pada
tingkat keasaman (pH) < 3. 1 Dalam proses pengolahan bahan
pangan, natrium metabisulfit ditambahkan pada bahan pangan untuk mencegah
proses pencoklatan (browning) yang enzimatis pada buah sebelum diolah,
menghilangkan bau dan rasa getir pada ubi kayu, selain itu untuk mempertahankan
warna agar tetap menarik. 4
Pemakaian
Natrium metabisulfit pada bahan pangan dapat dilakukan dengan melarutkannya
bersama dengan bahan pangan atau dapat juga dengan diasapkan. Dengan diasapkan,
natrium metabisulfit akan mengalirkan gas SO2 ke dalam bahan sebelum
melaului proses pengeringan. Proses pengasapan dapat dilakukan selama
menit.
Gambar. contoh bahan
pangan yang ditambahkan Na Metabisulfit
Contoh
penggunaan natrium metabisulfit pada beberapa jenis bahan pangan adalah sebagai
berikut :
1. Pengaruh penambahan natrium metabisulfit terhadap mutu kerupuk
ubi.5
Ubi kayu merupakan bahan
pangan yang mengandung karbohidat yang secara alami dapat mengalami reaksi
browning karena aktifitas enzim polyphenolase dan oksidasi yang dapat merubah
polyphenol menjadi diatan polykarbonil (Syarief dan Irawati, 1988). Kerusakan
yang menyebabkan perubahan warna selama penyimpanan dapat diatasi dengan
penggunaan bahan tambahan yang sesuai, bahan tambahan pangan yang digunakan
adalah Natrium metabisulfit. Berikut ini adalah diagram pembuatan kerupuk ubi :
Pada diagram tersebut
menjelaskan bahwa penambahan natrium metabisulfit dilakukan pada saat
pemeraman.
Hasil
pengamatan ketahanan warna putih kerupuk ubi selama 6 bulan penyimpanan seperti pada tabel berikut
5 :
Keterangan :
A = Kontrol (tanpa penambahan
aditif)
B = Cara pengrajin (penambahan PM
0,02%)
C = Penambahan natrium metabisulfit
0,01 %
D = Penambahan natrium metabisulfit
0,03 %
E = Penambahan natrium metabisulfit
0,1 %
F = Penambahan natrium metabisulfit
0,2 %
Perlakuan
E dan F yang diberi tambahan natrium metabisulfit sebanyak 0,1% dan 0,2 %
terlihat mampu mempertahankan warna putih kerupuk selama 6 bulan penyimpanan
warna putih masih tetap bertahan. Penambahan natrium metabisulfit berperan
untuk mempertahankan warna putih kerupuk ubi, namun tidak berpengaruh terhadap
bau, rasa dan tekstur.5
2. Penggunaan
Natrium metabisulfit untuk mengawetkan santan kelapa.6
Pada
suatu penelitian tentang pengaruh pemberian natrium metabisulfit terhadap daya
tahan santan kelapa menunjukkan bahwa natrium metabisulfit dapat mengawetkan
santan kelapa sampai 6 minggu. Dalam hal ini santan kelapa yang diberi natrium
metabisulfit 600 ppm dengan lama penyimpanan 6 minggu menghasilkan total asam
lemak bebas 0,06 %, bilangan peroksida 0,98 meq, kadar air 42,6 % dan nilai pH
6,00.
3. Pengaruh
penambahan natrium metabisulfit terhadap derajat putih tapioka.7
Pada
penelitian yang dilakukan dimana pembuatan tepung tapioka tanpa treatment dan
beberapa perlakuan penambahan natrium metabisulfit pada konsentrasi
berbeda-beda ketika proses produksinya. Hasil analisis dari penelitian tersebut
menunjukkan bahwa tapioka yang ditambah dengan natrium metabisulfit sekbanyak
0,2 % mempunyai derajat putih 94,9 %. Berdasarkan persyaratan SNI menunjukkan
bahwa penambahan natrium metabisulfit mulai dari 0,2 % memenuhi persyaratan dan
tidak memberi pengaruh yang signifikan terhadap sifat fungsionalnya apabila
dibandingkan dengan sampel treatment. Dari hasil analisis fitokimia menunjukkan
bahwa dengan penambahan natrium metanisulfit sebanyak 0,1-0,2% dapat menurunkan
kandungan pati sekitar 2-4%. Penambahan natrium metabisulfit dapat menjadi
penghambat terjadinya pencoklatan pada tapioka.
4. Pengaruh
penambahan konsentrasi senyawa natrium metabisulfit terhadap kandungan gizi dan
sifat organoleptik jamur tiram putih.8
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada pengaruh berbagai konsentrasi senyawa natrium
metabisulfit. Pada penggunaan 400 ppm larutan Natrium Metabisulfit dengan suhu
pengering 700C adalah perlakuan yang paling baik apabila dilihat dari kandungan
Karbohidrat, protein, lemak, abu menglami peningkatan dengan menurunnya
kandungan air. Untuk sifat organoleptik jamur tiram putih, hanya dipengaruhi
oleh besarnya suhu pengering.
5. Penggunaan
Natrium metabisulfit dalam pembuatan french fries ubi jalar.9
French Fries merupakan
produk makanan berupa kentang goreng yang sudah setengah matang yang kemudian
dibekukan. Namun, ternyata ubi jalar juga dapat diolah dalam bentuk french
fries. Penambahan natrium metabisulfit
dilakukan saat proses sulfitasi dimana potongan umbi direndam di dalam larutan
natrium metabisulfit 300 ppm selama 15-20 menit.
6. Penggunaan
natrium metabisulfit pada potongan kentang goreng sebanyak 50 mg/ kg, selain
itu juga pada pembuatan udang beku penambahan natrium metabisulfit sebanyak 100
mg/kg bahan mentah, untuk produk yang telah dimasak 30 mg/kg dan pekatan sari nanas sebanyak 500 mg/kg.10
7. Penambahan
Natrium metabisulfit pada potongan ubi jalar kuning.11
Mutu
dari tepung ubi jalar akan dalam kondisi baik apabila ketika pengolahan
ditambahkan perlakuan khusus seperti penambahan natrium metabisulfit karena
dapat menekan degradasi warna dan memperpanjang masa simpan (Latapi, 2006).
Pada penelitian yang dilakukan didapatkan hasil diantaranya adalah semakin
tinggi kadar natrium metabisulfit yang ditambahkan ke dalam larutan perendam
dapat menurunkan kadar protein dan vitamin C dari tepung yang akan dihasilkan.
Meskipun demikian pengaruh lama perendaman potongan ubi jalar kuning mempunyai
pengaruh yang berbeda terhadap kadar protein dan vitamin C, dimana semakin lama
perendaman maka penurunan terhadap kadar protein dapat ditekan namun
menghasilkan efek terhadap kehilangan vitamin C yang semakin besar. Dengan
penambahan kadar natrium metabisulfit sebanyak 0,3% dengan lama perendaman
sekitar 10 menit dapat mempertahankan kadar protein sampai setengah dari kadar
protein pada ubi jalar kuning yang masih segar.
Penggunaan
natrium metabisulfit yang digunakan dalam bahan pangan adalah sebagai bahan
pengawet yang keberadaanya dengan kadar yang diijinkan hingga makanan
dikonsumsi, sedangkan untuk pemakaian natrium metabisulfit biasanya
diaplikasikan pada saat perendaman.
2.3 Risiko
Penggunaan natrium metabisulfit terhadap kesehatan konsumen
Natrium metabisulfit
tidak dilarang dalam penggunaannya sebagai bahan tambahan pangan, namun
penggunaannya harus sesuai dengan takaran yang sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
RI.
Penggunaan Natrium
metabisulfit akan sangat berisiko bagi kesehatan konsumen yang mempunyai
sensitifitas sulfit. Sulfit reaksi disebabkan oleh karena mengonsumsi makanan
yang mengandung sulfit dan terkadang menghirup sulfur dioksida yang dihasilkan
oleh sulfit dan kemungkinan reaksi tergantung pada tingkat sulfit misalnya
natrium metabisulfit, jenis makanan dan sensitivitas seseorang, umumnya memilki
gejala terhadap natrium metabisulfit. 12
Gejala ringan yang
mungkin timbul adalah sakit kepala, anafilaksis (reaksi yang berpotensi
mengancam nyawa yang dapat terjadi dalam hitungan detik atau menit paparan),
iritasi pernapasan, sedangkan gejala yang parah dapat berupa penyempitan
saluran pernapasan. Orang yang memliki sensitifitas terhadap sulfit, apabila
mengonsumsi makanan yang telah ditambahkan natrium metabisulfit, maka akan
gejala-gejala akan timbul setelah 15 – 30 menit setelah konsumsi. Pada sebuah
penelitian tahun 1995 dalam “Jurnal of American College of Nutition” menyatakan
bahwa reaksi sulfit umumnya terjadi pada orang yang mempunyai asma. Para
pekerja juga berisiko terkena iritasi kulit melalui kontak dengan bahan kimia
terkonsentrasi.13 Selain itu terdapat beberapa gejala dari reaksi
alergi terhadap natrium metabisulfit diantaranya munculnya ruam kulit disekitar
mulut dan leher serta pembengkakan wajah, kedua tangan dan kaki, gatal-gatal,
kesemutan di leher dan anggota badan.15
Sulfit akan
menghancurkan vitamin B1 dalam makanan dan menghancurkan risiko kesehatan pada
individu yang sensitif terhadap pengawet.14
Terdapat beberapa
potensi efek kesehatan akibat natrium metabisulfit diantaranya 16 :
1. Potensi
efek kesehatan pada Mata :
Apabila terkena paparan
partikel natrium metabisulfit dapat menyebabkan mata terasa menyengat dan kemerahan.
Jika terjadi terus menerus dapat menyebabkan konjungtivis, ulkus dan kelainan
kornea.
2. Potensi
Efek kesehatan pada kulit :
Natrium metabisulfit dapat
menyebabkan iritsi pada kulit terutama eksporus berkepanjangan. Kontak kulit
yang terjadi terus menerus dapat mengakibatkan sensitisasi, reaksi alergi dan
dermatitis. Kontak kulit dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit.
3. Potensi
Efek kesehatan pada proses konsumsi :
Ketika mengonsumsi produk
pangan yang mengandung natrium metabisulfit dapat mengakibatkan iritasi pada
jaringan mulut, kerongkongan dan jaringan lain pada sistem pencernaan.
4. Potensi
efek kesehatan pada saat proses penghirupan :
Natrium metabisulfit yang terhirup akan
mengakibatkan iritasi pada sistem hidung, tenggorokan atau saluran pernapasan,
sesak napas, batuk, urtikaria, hidung tersumbat, pembengkakan polip hidung.
2.4 Regulasi penggunaan natrium
metabisulfit
Setiap jenis bahan pangan
yang ditambah dengan natrium metabisulfit memilki regulasi penggunaan yang
berbeda-beda disesuaikan dengan jenis bahan pangan tersebut. Penggunaan natrium metabisulfit pada bahan pangan sekitar 2 g/kg
bahan pangan. Dosis penggunaan natrium metabisulfit yang diizinkan adalah
0,1-0,6% atau 1- 6 g/liter larutan perandam. Ketika proses pengeringan
berlangsung, kelebihan natrium metabisulfit akan hilang. 4 Berdasarkan
peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, untuk
asupan harian natrium metabisulfit yaitu 0,7 mg per kg berat badan.2
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI
No :722/MENKES/PER/88 Tentang Bahan Tambahan Makanan adalah sebagai berikut18
:
Untuk
makanan yang diizinkan mengandung lebih dari satu macam antioksidan, maka hasil
bagi masing-masing bahan dengan batas maksimum penggunaannya jika dijumlahkan
tidak boleh lebih dari satu.Untuk makanan yang diizinkan mengandung lebih dari
satu macam pengawet, maka hasil bagi masingmasing bahan dengan batas maksimum
penggunaannya jika dijumlahkan tidak boleh lebih dari satu.
Pada
bahan tambahan makanan golongan pengawet, batas maksimum penggunaan sulfit
sebagai SO2. Batas menggunakan “secukupnya” adalah penggunaan yang
sesuai dengan cara produksi yang baik, yang maksudnya jumlah yang ditambahkan
pada makanan tidak melebihi jumlah wajar yang diperlukan sesuai tujuan
penggunaan bahan tambahan makanan tersebut.18
Berikut
ini, aturan penambahan natrium metabisulfit untuk asupan pada anak-anak 17
:
1. Penambahan
natrium metabisulfit dalam sosis sekitar 8 mg dalam ½ sosis tipis.
2. Penambahan
natrium metabisulfit dalam buah kering sekitar 16 mg dalam satu aprikot kering.
3. Pada
minuman sekitar 5 mg natrium metabisulfit dalam satu gelas
4. Pada
chip panas sekitar 1 mg natrium metabisulfit dalam ½ cangkir chip panas.
FDA
memperingatkan bahwa seseorang yang memiliki sesitivitas sulfit, sebelum makan produk
makanan olahan harus memperhatikan hal-hal diantaranya17 :
1. Jika
produk makanan yang dikemas, sebelum mengonsumsi makanan tersebut harus membaca
label terlebih dahulu.
2. Jika
makanan yang tidak dikemas, sosis atau daging lainnya, diperiksa terlebih
dahulu.
3. Selalu
membawa obat asma ketika makan di luar.
Regulasi penggunaan sulfit yang ditetapkan oleh Australia adalah sebagai
berikut (ppm atau mg/ kg)17 :
Minuman beralkohol
Anggur, berkilau dan diperkaya, lebih
dari 35 g / L gula
Anggur seperti di atas, kurang dari 35 g / L gula
Anggur (buah, sayuran, larutan madu dalam air), lebih dari 5g / L gula
Anggur seperti di atas, kurang dari 5g / L gula
Campuran minuman
beralkohol
Bir
Baked barang
Sebagai kondisioner
adonan
Tepung mie termasuk produk dan pasta
Biskuit, kue dan
pastry
Minuman, non-alkohol
Jus buah, minuman, minuman ringan, minuman anggur manis
Bumbu dan relishes
Chutney
Acar, bawang acar, ketimun acar
Cuka dan produk terkait
Saus dan topping, mayones
Ikan dan kerang
Mentah krustasea (udang, udang, kepiting,
udang karang, lobster)
Dimasak krustasea
Sepenuhnya diawetkan termasuk produk ikan kaleng
Kaleng abalone
Buah segar dan sayuran
Segar disiapkan salad dan salad buah
(ilegal tetapi hal itu terjadi)
Anggur dikemas dengan amplop permeabel
Olahan buah-buahan dan sayuran
Manisan buah dan sayuran
Buah kering (dalam dll bar buah)
Kelapa kering
Campuran buah kering (dalam kue)
Imitasi buah (buah misalnya)
Apel dan kentang untuk manufaktur
Buah dan sayuran persiapan untuk manufaktur
Buah dan pulp persiapan termasuk sayuran
Alpukat, beku
Wortel, dikeringkan
(di kue)
Sayuran kering
Kentang (chip panas, kentang goreng)
Agar-agar
Agar-agar
|
400
250
300
200
250
25
60
300
300
115
285
750
100
350
100
30
30
1000
0
10
2000
3000
50
3000
3000
200
1000
350
300
3000
3000
200
750
60
500
0
500
500
50
450
450
350
|
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Natrium
metabisulfit atau natrium pyrosulfit (Sodium metabisulfit) merupakan senyawa
anorganik yang mempunyai rumus kimia Na2S2O5
dan digunakan sebagai bahan pengawet. Senyawa ini memiliki penampakan kristal
atau bubuk dan memiliki berat molekul 190,12.
3.1.2
Penggunaan Natrium Metabisulfit pada
bahan pangan misalnya pada ubi yang akan diolah menjadi krupuk ubi, santan
kelapa, mempertahankan warna putih pada tepung tapioka, french fries ubi jalar,
jamur tiram putihudang beku.
3.1.3
Risiko kesehatan yang timbul akibat
konsumsi natrium metabisulfit yang berlebihan adalah sebagai berikut : mata
terasa menyengat dan kemerahan, sensitisasi, reaksi alergi dan dermatitis, mengakibatkan
iritasi pada jaringan mulut, kerongkongan dan jaringan lain pada sistem
pencernaan, sistem pernapasan.
3.1.4
Regulasi penggunaan natrium metabisulfit
sebagai bahan pengawet dalam bahan pangan yaitu
bahan pangan sekitar 2 g/kg bahan pangan. Dosis penggunaan natrium
metabisulfit yang diizinkan adalah 0,1-0,6% atau 1- 6 g/liter larutan perandam. Berdasarkan
peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, untuk
asupan harian natrium metabisulfit yaitu 0,7 mg per kg berat badan.
3.2
Saran
Sebelum
menggunakan bahan pengawet natrium metabisulfit untuk mengawetkan produk
pangan, terlebih dahulu mengetahui risiko-risiko yang mungkin timbul akibat
konsumsi yang tidak sesuai dengan dosis yang diizinkan berdasarkan peraturan
Menteri Kesehatan RI
DAFTAR PUSTAKA
1.
Bahan
Tambahan Pangan [internet].[cited 2012 May 30].
Available From :
2.
Natrium
Metabisulfit [internet].[cited 2012 May 29].
Available From :
3.
Sodium
Metabisulfit [internet].[cited 2012 June 1].
Available From :
4.
Pengawetan
dan bahan kimia [internet].[cited 2012 June 1].
Available From :
5.
Yusmeiarti,
Zarlis M.S, Wilsa Hermianti. Pengaruh penambahan natrium metabisulfit terhadap
mutu kerupuk ubi [internet].[cited 2012 May 30].
Available From:
6.
Djarkasi.
Penggunaan Natrium Metabisulfit untuk mengawetkan santan kelapa [internet].
2000 [cited 2012 June 1]; 3; 18-22.
Available From :
7.
Rori Andika.
Pengaruh penambahan natrium metabisulfit terhadap derajat putih tapioka
[internet]. 2010 [cited 2012 May 30];21; 37.
Available From :
8.
Eny
Susilawati. Pengaruh penambahan konsentrasi senyawa natrium metabisulfit
(Na2S2O5) dan suhu pengering terhadap kandungan gizi dan sifat organoleptik
jamur tiram putih [internet]. 2005 [cited 2012 Juny 1]
Available From :
9.
French Fries Ubi jalar [internet].[cited 2012
May 29].
Available
From :
10. Doddy
A. Darmajana. Upaya mempertahankan derajat putih pati jagung dengan proses
perendaman dalam natrium bisulfit [internet]. 2010 [cited 2012 Juny 1].
Available From :
11. Iis Intan Widiyowati. Pengaruh lama
perendaman dan kadar natrium metabisulfit dalam larutan perendaman pada
potongan ubi jalar kuning (Ipoemoea Batatas (L.)Lamb) terhadap kualitas tepung
yang dihasilkan [internet]. 2007 [cited 2012 June 1]; 2(2) : 55-58
Available From :
12. Monica Crow. Potato chips sulfite allergies
[internet].[cited 2012 June 2]
Available
From :
13. Tricia McMillan. Side effect of sodium sulfite
[internet].[cited 2012 June 2].
Available
From :
14. Jeffrey Traister. Sodium Sulfite and shrimp
[internet]. [cited 2012 June 2]
Available
From :
15. Joe
King, MS. Health risks of sodium bisulfit [internet].[cited 2012 June 2].
Available
From :
16. Material safety Data Sheet Material name :
Sodium Metabisulphite or sodium metabisulfite [internet].[cited 2012 June 2]
Available
From :
http://www.chemone.com/default/msds/Sodium%20Metabisulfite.pdf
17. Additive and natural chemical factsheets
[internet].[cited 2012 June 2]
Available From :
18. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia tentang Bahan tambahan makanan [internet].[cited 2012 June 2]
Available
From :
Sebelumnya terima kasih atas informasinya. Maaf, kalau boleh tau, apakah laporannya bisa saya download? saya membutuhkan beberapa sumber untuk penelitian saya dan saya lihat laporan ini sangat rapih dan lengkap. Terima Kasih
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBoleh mbak, silahkan...
BalasHapus